Inventarisasi Primata Pada Jalur Cipadaranteun di Hutan Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
Sukabumi, Jawa Barat
(Inventory Primate on Cipadaranteun in Bodogol Forest, Gunung Gede Pangrango National Park, Sukabumi, West Java)
Ahmad Firdaus Persdana1, Diar Kusumawati1, Fajarani Fitriasih1, Prihastuti1, Lidya Stephani2
1Pendidikan Biologi Reguler, Jurusan Biologi, FMIPA, UNJ
2Mentor
ABSTRACT
Indonesia represent one country with the richest variety of primate species in the world. Ranging from primitive primates to apes spread in Indonesia. There are 40 types of primates, and 24 species of which are endemic Indonesia. The purpose of this research is to inventory primates found on Cipadaranteun in Bodogol Forest, Gunung Gede Pangrango National Park, Sukabumi, West Java.
This research was conducted on November, 4th-5th 2010 which used descriptive method by line transect direct incounters technique. The results of this research is we did’t find primate nocturnal on Cipadaranteun track, we only find 3 type primates diurnal on Cipadaranteun track, that is: Hylobates moloch (Java gibbons) as many as 5 individual, Trachypithecus auratus (ebony leaf monkey) were 5 of individuals, and Presbytis Comata (Grizzled leaf monkey) by 2 individuals.
Key words: Inventory, Primate, Hylobates moloch, Trachypithecus auratus, Presbitis comata, Cipadapanteun track.
PENDAHULUAN
Tak dapat dipungkiri bahwa lokasi Indonesia di daerah tropic dan keraganam floranya sangat mendukung kehidupan satwa yang ada di dalamnya. Tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam jenis primata terkaya di dunia. Mulai dari primata primitif higga kera besar tersebar di Indonesia. Terdapat 40 jenis primata, dan 24 jenis diantaranya merupakan endemic Indonesia dan sangat menarik untuk di pelajari tentang morfologi, fisiologi dan taksonominya. Primata merupakan ordo dalam kelas mamalia. Primata memiliki ciri-ciri anggota badannya mudah bergerak, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya, otak dan mata berkembang dengan baik, mata terarah ke depan, sebagian besar setiap jari tangan dan kaki berjumlah lima (pentadyctal) dan di akhiri dengan kuku dan ibu jarinya dapat digerakan ke belakang (opossum), bentuk muka lonjong dan pasangan gigi seri bagian tengah pertama renggang (diastema), mata memiliki retina yang sensitif terhadap cahaya (tapetum), ibu jari dan jari kaki yang besar bersifat perpendicular dengan jari-jari yang lain, betina memiliki 2 pasang mammae yang terdapat pada bagian pectoral. Satwa ini bisa ditemukan di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol.
Wilayah Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) diresmikan pada tanggal 12 Desember 1998. PPKAB ini terletak di sebelah barat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Sukabumi, Jawa Barat. Luas area 56 hektar dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. PPKAB memiliki tiga air terjun, yaitu air terjun Cikaweni, Cisuren, dan Cipadarenteun. (TNGGP, 2009)
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi primata yang terdapat pada jalur Cipadaranteun di Hutan Bodogol.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada jalur Cipadaranteun di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada tanggal 4 November 2010 pukul 19.30-22.00 WIB yaitu pengamatan primata nokturnal dan 5 November 2010 pukul 07.00-16.00 WIB yaitu pengamatan primata diurnal. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah counter, binokuler, jam tangan, papan jalan, alat tulis, kamera, dan tabulasi data. Objek yang diamati adalah Primata. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik jalur perjumpaan langsung. Dalam kelompok, satu orang bertugas menghitung jarak atau panjang jalur yang ditelusuri dengan counter, satu orang bertugas mencatat data-data dan selebihnya mengamati primata. Data yang diambil meliputi jenis primata, waktu perjumpaan, jumlah individu, jarak jalur.
HASIL
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami pada tanggal 4 November 2010 yaitu pengamatan primata nocturnal, kami tidak menemukan primata nocturnal pada jalur Cipadaranteun. Sedangkan pada tanggal 4 November 2010 yaitu pengamatan primate diurnal, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel1. Data perjumpaan dengan primata
Waktu | Jenis | Jarak | Jumlah |
09.30 | Hylobates moloch | 1,34 km | 2 individu |
12.31 | Hylobates moloch | 3,02 km | 1 individu |
12.38 | Trachypithecus auratus | 3,10 km | 1 individu |
13.08 | Hylobates moloch | 3,93 km | 2 individu |
13.48 | Trachypithecus auratus | 3,98 km | 4 individu |
15.38 | Presbytis comata | 7,48 km | 2 individu |
PEMBAHASAN
Selama pengamatan kami tidak menemukan primata nokturnal pada jalur Cipadaranteun. Kami hanya menemukan 3 primata diurnal, yaitu 5 individu jenis Hylobates moloch (Owa Jawa), 5 individu jenis Trachypithecus auratus (Lutung Budeng), dan 2 individu jenis Presbytis comata (Surili). Adapun ciri-ciri morfologinya sebagai berikut:
A. Hylobates moloch (Owa Jawa)
Taksonomi
Kingdom : Aminalia
Philum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Primates
Family : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Spesies : Hylobates moloch
(Audebert, 1798)
Deskripsi
Hylobates moloch merupakan endemik Indonesia yang persebarannya terbatas hanya di Jawa Barat.
Hampir seluruh tubuh Hylobates moloch ditutupi rambut tebal dan halus berwarna mulai dari kecoklatan sampai kelabu, bagian atas kepalanya berwarna hitam. Muka seluruhnya juga hitam dengan alis berwarna abu-abu.umumnya anak yang baru lahir berwarna lebih cerah. panjang tubuh jantan dan betina berkisar antara750-800 mm. Berat tubuh jantan
antara 4-8 kg, sedangkan betina berkisa antata 4-7 kg. Hylobates moloch hidup berpasangan dalam sistem keluarga monogami. Suara Hyobates moloch seolah menyebutkan namanya (owa..owa..owa..). suara ini dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu: menandakan daerah teritorialnya, berjumpa dengan kelompok lain, saat terjadi konflik, dan sebagai tanda bahaya.
B. Trachypithecus auratus (Lutung Budeng)
Taksonomi
Kingdom : Amimalia
Philum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Primates
Family : Cercopithecidae
Genus : Trachypithecus
Spesies : Trachypithecus auratus
(Geoffroy Saint-Hilaire, 1812)
Deskripsi
Trachypithecus auratus merupakan salah satu monyet dari kelompok dunia lama. Trachypithecus auratus merupakan endemik Indonesia terutama di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatra (Supriatna, 2000).
Trachypithecus auratus memiliki warna rambut hitam dengan diselingi warna keperakan dan terdapat jambul pada kepalanya. Anak Trachypithecus auratus yang baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Primata ini memiliki panjang tubuh jantan dan betina dewasa sekitar 476 – 550 mm sedangkan panjang ekornya lebih panjang hampir satu setengah kali panjang tubuhnya (Supriatna, 2000).
Trachypithecus auratus hidup secara berkelompok dengan anggota mulai dari 6 – 20 ekor dengan satu ekor jantan dominan (Anonim, 2005). Suara Trachypithecus auratus bergetar dan patah-patah (chak..chak..chak..). Suara ini merupakan alarm bagi anggota kelompoknya (Supriatna,2000).
C. Presbytis comata (Surili)
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Philum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Primates
Family : Cercopithecidae
Genus : Presbytis
Spesies : Presbytis comata
(Desmarest, 1822)
Deskripsi
Presbytis comata merupakan primata endemic Indonesia. Persebarannya terbatas hanya di Jawa Barat terutama di Taman Nasional, Cagar Alam, dan Hutan Lindung.
Umumnya warna tubuh Presbytis comata dewasa mulai dari kepala sampai bagia punggung hitam atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna jambul dan kepala berwarna hitam. Rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral), bagian dalam lengan kaki dan ekor berwarna putih. Rambut alis kaku tumbuh mengarah ke depan. Warna kulit muka dan telingga hitam pekat agak kemerahan. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor. Panjang tubuh jantan dan betina antara 430-600 mm, dengan berat 6,5 kg, dan panjang ekor 560-720 mm. Presbytis comata hidup berkelompok antara 7-12 ekor. Hanya ada satu jenis suara yang dikeluarkan Presbytis comata (kik..kik..kik..)
KESIMPULAN
Kami tidak menemukan primata nocturnal pada jalur Cipadaranteun. Kami hanya menemukan 3 jenis primata diurnal pada jalur Cipadaranteun, yaitu: Hylobates moloch (owa Jawa) sebanyak 5 individu, Trachypithecus auratus (Lutung Budeng) sebanyak 5 individu, dan Presbytis comata (Surili) sebanyak 2 individu.
SARAN
Adanya penelitian lebih lanjut agar dapat menyempurnakan penelitian kami.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak yang telah membantu dalam pembuatan jurnal ini maupun dalam penelitian ini, teman-teman, dan juga kepada para sumber yang dengan ketulusan hatinya memberikan masukan yang berkaitan dengan Primata guna melancarkan penulisan jurnal ini.
Dapus (dirahasiakan)