Senin, 28 November 2011

Target : ibu-ibu hamil


Hari-hari gue selalu dinaungi *halah* dengan kata SOMPLAK atau CACAD. Tak lain dan tak bukan ya karna temen” gue yang emang pada SOMPLAK alias GAK BERES. Hari ini agenda kelas kita padet banget.

Pagi: mikrotek (nyayat beberapa organ hewan di FKUI)
Siang: praktikum fishew (butuh urin ibu” hamil, katak, dan mencit)

Pagi-pagi kelas gue pada niat banget ke FKUI untuk menyayat beberapa organ di bagian histology. Di sepanjang jalan menuju FKUI kita sekumpulan anak-anak keren *plakkk* mencari ibu hamil untuk diminta urin’y. setiap ngeliat ibu” hamil langsung pada ngeces dengan tatapan mupeng, kepengen banget minta urinnya. Tapi kita nemunya selalu pas di traja makanya cuma bisa ngeces. Pas sampe FKUI sambil menunggu sang PJ mengurus perizinan, kita anak-anak keren *oke gu boong tampilan kita anak lapangan banget, urakan, gak ada tampang jd anak kedokteran, beda banget sama anak” di FKUI yang pada rapih* yang niat awalnya mau nyayat organ malah mencari target. Targetnya “seorang wanita berjalan agak ngegang dengan memegang perut yang buncit”.

Ketemu tuh ibu” hamil. Emang dasar anak” somplak, kita lupa nyiapin botolnya. Nyari dulu tuh botolnya. Berhubung itu kampus orang, kita gak tau dimana kantinnya. Alhasil nyolong botol sisa minum orang *Kacau….*

Pas botolnya udah ada, ibu hamilnya udah gak ada *ngeness..* yang ada cuma bapak-bapak dengan perut buncit berlalu lalang di depan kita.
Pas botol udah ada, ibu hamil udah ketemu, eh ga berani mintanya. Soalnya tuh ibu hamil keliatannya seorang dosen FKUI.

Sampe balik ke kampus tercinta kita masih belum nemu target. Gue dan Abaii mertekat ke rumah sakit bersalin dengan harapan ada seorang ibu yang berbaik hati menyumbangkan urinnya. Cuma gengsi juga gue ke rumah sakit bersalin, ntar di kira mau periksa. Akhirnya untuk mendapatkan target, kita menjelajah arion.
(-_-") clingak
("-_-) clinguk, nyari target ampe dikira mau maling ! di ikutin security bawa” HT
Akhirnya dapet urin dari salah satu SPG di mall tersebut. *Alhamdulillah yah….
pas udah dapet urin ibu" hamil, eh target utamanya malah gak ada (katak dan mencit)
*ngeness...

Selasa, 01 November 2011

surili (grizzled comata)


Surili
Grizzled Comata
Presbytis comata
v  Nama daerah
English – Javan Surili, Grizzled Leaf Monkey, Java Leaf Monkey, Javan Grizzled Langur Spanish – Langur Gris

v  Taksonomi
Kingdom         : Animalia
Philum             : Chordata
Class                : Mammalia
Ordo                : Primates
Family             : Cercopithecidae
Genus              : Presbytis
Spesies             : Presbytis comata
(Desmarest, 1822)

v  Deskripsi
            Presbytis comata merupakan primata endemic Indonesia. Persebarannya terbatas hanya di Jawa Barat terutama di Taman Nasional, Cagar Alam, dan Hutan Lindung.
            Umumnya warna tubuh Presbytis comata dewasa mulai dari kepala sampai bagia punggung hitam atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna jambul dan  kepala berwarna hitam. Rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral), bagian dalam lengan kaki dan ekor berwarna putih. Rambut alis kaku tumbuh mengarah ke depan. Warna kulit muka dan telingga hitam pekat agak kemerahan. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor. Panjang tubuh jantan dan betina antara 430-600 mm, dengan berat 6,5 kg, dan panjang ekor 560-720 mm. Presbytis comata hidup berkelompok antara 7-12 ekor. Hanya ada satu jenis suara yang dikeluarkan Presbytis comata (kik..kik..kik..)

v  Daerah Persebaran
presbytis comata atau di sebut juga surili ini di temukan di pulau Jawa, Indonesia

v  habitat
            surili hidup di hutan hujan di hutan sekunder maupun primer (Gurmaya et al, 1994) hutan dataran rendah, dan di atas lereng atau bukit yang curam. surili ini dapat di temukan di ketinggian mencapai 2000m (Van der Zon, 1979; cited in Gurmaya et al., 1994), sedangkan menurut Nijman surili dapat di temukan di ketinggian 2500m.

v  status konservasi
status konsevasi dari dari Presbytis comata adalah endangered

v  daftar pustaka (dirahasiakan)

owa jawa (silvery javan gibbon)

Owa Jawa
Silvery Javan Gibbon
Hylobates moloch
v  Taksonomi
Kingdom         : Aminalia
Philum             : Chordata
Class                : Mammalia
Ordo                : Primates
Family             : Hylobatidae
Genus              : Hylobates
Spesies             : Hylobates moloch
(Audebert, 1798)

v  Deskripsi
Menurut Grzimek (1972) H.moloch adalah jenis kera tidak berekor dan mempunyai kepala yang kecil dan bulat, memiliki hidung serta rahang kecil dan pendek yang tidak menonjol, otak relatif kecil, badannya ramping, serta rambut yang tebal. Supriatna dan Wahyono (2000) menyatakan bahwa tubuh Owa jawa ditutupi rambut yang berwarna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam, muka seluruhnya berwarna hitam dengan alis berwarna abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh. Beberapa diantaranya memiliki rambut lebih gelap pada bagian dada. Pada beberapa individu, dagu berwarna gelap. Anak yang baru lahir umumnya berwarna lebih cerah. Warna rambut jantan dan betina sedikit berbeda, khususnya pada tingkatan umur.
            Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) berat tubuh jantan berrkisar antara 4-8 kg, sedangkan betina antara 4-7 kg. panjang tubuh jantan dan betina dewasa berkisar antara 75-80 cm, memiliki lengan yang panjang dan tubuh yang ramping. Owa jawa memiliki lengan depan yang relative lebih panjang dibandingkan kedua kakinya (Napier dan Napier 1967 dalam Putri 2009). Owa jawa memiliki gigi seri kecil dan sedikit ke depan, sehingga memudahkan untuk menggigit dan memotong makanan. Gigi taring panjang dan berbentuk seperti pedang berfungsi untuk menggigit dan mengupas makanan. Gigi geraham atas dan bawah berfungsi untuk mengunyah makanan (Napier dan Napier 1967). Fleagle (1988) dalam Berliana (2009) menyatakan bahwa owa jawa memiliki kantung tenggorokan di bawah dagunya untuk membantu memperkuat suara.

v  Daerah persebaran
            Hylobates moloch merupakan endemik Indonesia yang persebarannya terbatas hanya di Jawa Barat dan jawa tengah.

v  Habitat
            gibon memdiami hutan hujan tropis dan hutan yang semi-evergreen yang terletak di selatan dan juga Asia Tenggara. Hylobates moloch di temukan di hutan hujan tropis yang terdapat di Jawa. Di temukan di rerimbunan hutan, mereka menghabiskan sebagian besar hidup mereka di atas pohon dan jarang dari mereka yang turun ke tanah.
            mulai dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 0-1600 mdpl. Rowe (1996) menyatakan bahwa habitat owa jawa adalah hutan primer dan sekunder serta hutan hujan tropika dari ketinggian setara permukaan laut sampai 1500 mdpl. Hutan hujan tropika di bawah ketinggian 1500 mdpl merupakan habitat eksklusif bagi owa jawa karena beberapa faktor yaitu karena spesies tumbuhan hutan diatas ketinggian 1500 mdpl bukan merupakan sumber pakan dan banyaknya lumut yang menutupi pepohonan menyulitkan owa jawa melakukan pergerakan atau perpindahan.
Kappeler (1994) menyebutkan bahwa H. moloch cenderung menghuni hutan dengan spesifikasi hutan dengan tajuk yang kurang lebih tertutup, tajuk pohon-pohon tersebut tidak terlalu rapat dan memiliki cabang yang besar atau kurang lebih horizontal. Faktor utama yang membatasi penyebaran owa jawa adalah struktur ketinggian pohon untuk melakukan aktivitas bergelantungan (branchiation) serta keragaman florestik yang berkaitan dengan variasi persediaan pakan spesies tersebut (Kappeler 1984 dalam Berliana 2009).      

v  Suara
Suara Hyobates moloch seolah menyebutkan namanya (owa..owa..owa..). suara ini dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu: menandakan daerah teritorialnya, berjumpa dengan kelompok lain, saat terjadi konflik, dan sebagai tanda bahaya.

v  Status konservasi
            status konsevasi dari dari Hylobates moloch adalah endangered. Ancaman paling besar dari gibon ini adalah penggundulan dari hutan hujan tropis dan juga perburuan liar untuk di perdagangkan .

v  Daftar pustaka (dirahasiakan)

Jurnal FT Zoologi II: Inventarisasi Primata di Bodogol


Inventarisasi Primata Pada Jalur Cipadaranteun di Hutan Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
Sukabumi, Jawa Barat

(Inventory Primate on Cipadaranteun in Bodogol Forest, Gunung Gede Pangrango National Park, Sukabumi, West Java)

Ahmad Firdaus Persdana1, Diar Kusumawati1, Fajarani Fitriasih1, Prihastuti1, Lidya Stephani2
1Pendidikan Biologi Reguler, Jurusan Biologi, FMIPA, UNJ
2Mentor

ABSTRACT

Indonesia represent one country with the richest variety of primate species in the world. Ranging from primitive primates to apes spread in Indonesia. There are 40 types of primates, and 24 species of which are endemic Indonesia. The purpose of this research is to inventory primates found on Cipadaranteun in Bodogol Forest, Gunung Gede Pangrango National Park, Sukabumi, West Java.
This research was conducted on November, 4th-5th 2010 which used descriptive method by line transect direct incounters technique. The results of  this research is we did’t find primate nocturnal on Cipadaranteun track, we only find 3 type primates diurnal on Cipadaranteun track, that is: Hylobates moloch (Java gibbons) as many as 5 individual, Trachypithecus auratus (ebony leaf monkey) were 5 of individuals, and Presbytis Comata (Grizzled leaf monkey) by 2 individuals.

Key words: Inventory, Primate, Hylobates moloch, Trachypithecus auratus, Presbitis comata, Cipadapanteun track.



PENDAHULUAN

            Tak dapat dipungkiri bahwa lokasi Indonesia di daerah tropic dan keraganam floranya sangat mendukung kehidupan satwa yang ada di dalamnya. Tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam jenis primata terkaya di dunia. Mulai dari primata primitif higga kera besar tersebar di Indonesia. Terdapat 40 jenis primata, dan 24 jenis diantaranya        merupakan         endemic Indonesia dan sangat menarik untuk di pelajari tentang morfologi, fisiologi dan taksonominya. Primata merupakan ordo dalam kelas mamalia. Primata memiliki ciri-ciri anggota badannya mudah bergerak, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya, otak dan mata berkembang dengan baik, mata terarah ke depan, sebagian besar setiap jari tangan dan kaki berjumlah lima (pentadyctal) dan di akhiri dengan kuku dan ibu jarinya dapat digerakan ke belakang (opossum), bentuk muka lonjong dan pasangan gigi seri bagian tengah pertama renggang (diastema), mata memiliki retina yang sensitif terhadap cahaya (tapetum), ibu jari dan jari kaki yang besar bersifat perpendicular dengan jari-jari yang lain, betina memiliki 2 pasang mammae yang terdapat pada bagian pectoral. Satwa ini bisa ditemukan di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol.
Wilayah Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) diresmikan pada tanggal 12 Desember 1998. PPKAB ini terletak di sebelah barat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Sukabumi, Jawa Barat. Luas area 56 hektar dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. PPKAB memiliki tiga air terjun, yaitu air terjun Cikaweni, Cisuren, dan Cipadarenteun. (TNGGP, 2009)
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi primata yang terdapat pada jalur Cipadaranteun di Hutan Bodogol.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada jalur Cipadaranteun di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada tanggal 4 November 2010 pukul 19.30-22.00 WIB yaitu pengamatan primata nokturnal dan 5 November 2010 pukul 07.00-16.00 WIB yaitu pengamatan primata diurnal. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah counter, binokuler, jam tangan, papan jalan, alat tulis, kamera, dan tabulasi data. Objek yang diamati adalah Primata. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik jalur perjumpaan langsung. Dalam kelompok, satu orang bertugas menghitung jarak atau panjang jalur yang ditelusuri dengan counter, satu orang bertugas mencatat data-data dan selebihnya mengamati primata. Data yang diambil meliputi jenis primata, waktu perjumpaan, jumlah individu, jarak jalur.

HASIL

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami pada tanggal 4 November 2010 yaitu pengamatan primata nocturnal, kami tidak menemukan primata nocturnal pada jalur Cipadaranteun. Sedangkan pada tanggal 4 November 2010 yaitu pengamatan primate diurnal, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel1. Data perjumpaan dengan primata
Waktu
Jenis
Jarak
Jumlah
09.30
Hylobates moloch
1,34 km
2 individu
12.31
Hylobates moloch
3,02 km
1 individu
12.38
Trachypithecus auratus
3,10 km
1 individu
13.08
Hylobates moloch
3,93 km
2 individu
13.48
Trachypithecus auratus
3,98 km
4 individu
15.38
Presbytis comata
7,48 km
2 individu

PEMBAHASAN

Selama pengamatan kami tidak menemukan primata nokturnal pada jalur Cipadaranteun. Kami hanya menemukan 3 primata diurnal, yaitu 5 individu jenis Hylobates moloch (Owa Jawa), 5 individu jenis Trachypithecus auratus (Lutung Budeng), dan 2 individu jenis Presbytis comata (Surili). Adapun ciri-ciri morfologinya sebagai berikut:

A.   Hylobates moloch (Owa Jawa)
Taksonomi
Kingdom        : Aminalia
Philum           : Chordata
Class              : Mammalia
Ordo               : Primates
Family            : Hylobatidae
Genus             : Hylobates
Spesies          : Hylobates moloch
(Audebert, 1798)

Deskripsi
Hylobates moloch merupakan endemik Indonesia yang persebarannya terbatas hanya di Jawa Barat.
Hampir seluruh tubuh Hylobates moloch ditutupi rambut tebal dan halus berwarna mulai dari kecoklatan sampai kelabu, bagian atas kepalanya berwarna hitam. Muka seluruhnya juga hitam dengan alis berwarna abu-abu.umumnya anak yang baru lahir berwarna lebih cerah. panjang tubuh jantan dan betina berkisar antara750-800 mm. Berat tubuh jantan


antara 4-8 kg, sedangkan betina berkisa antata 4-7 kg. Hylobates moloch hidup berpasangan dalam sistem keluarga monogami. Suara Hyobates moloch seolah menyebutkan namanya (owa..owa..owa..). suara ini dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu: menandakan daerah teritorialnya, berjumpa dengan kelompok lain, saat terjadi konflik, dan sebagai tanda bahaya.

B.   Trachypithecus auratus (Lutung Budeng)
Taksonomi
Kingdom        : Amimalia
Philum           : Chordata
Class              : Mammalia
Ordo               : Primates
Family            : Cercopithecidae
Genus              : Trachypithecus
Spesies          : Trachypithecus auratus
(Geoffroy Saint-Hilaire, 1812)

Deskripsi
Trachypithecus auratus merupakan salah satu monyet dari kelompok dunia lama. Trachypithecus auratus merupakan endemik Indonesia terutama di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatra (Supriatna, 2000).
Trachypithecus auratus memiliki warna rambut hitam dengan diselingi warna keperakan dan terdapat jambul pada kepalanya. Anak Trachypithecus auratus yang baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Primata ini memiliki panjang tubuh jantan dan betina dewasa sekitar 476 – 550 mm sedangkan panjang ekornya lebih panjang hampir satu setengah kali panjang tubuhnya (Supriatna, 2000).
Trachypithecus auratus hidup secara berkelompok dengan anggota mulai dari 6 – 20 ekor dengan satu ekor jantan dominan (Anonim, 2005). Suara Trachypithecus auratus bergetar dan patah-patah (chak..chak..chak..). Suara ini merupakan alarm bagi anggota kelompoknya (Supriatna,2000).

C.   Presbytis comata (Surili)
Taksonomi
Kingdom        : Animalia
Philum           : Chordata
Class              : Mammalia
Ordo               : Primates
Family            : Cercopithecidae
Genus             : Presbytis
Spesies          : Presbytis comata
(Desmarest, 1822)

Deskripsi
            Presbytis comata merupakan primata endemic Indonesia. Persebarannya terbatas hanya di Jawa Barat terutama di Taman Nasional, Cagar Alam, dan Hutan Lindung.
            Umumnya warna tubuh Presbytis comata dewasa mulai dari kepala sampai bagia punggung hitam atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna jambul dan  kepala berwarna hitam. Rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral), bagian dalam lengan kaki dan ekor berwarna putih. Rambut alis kaku tumbuh mengarah ke depan. Warna kulit muka dan telingga hitam pekat agak kemerahan. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor. Panjang tubuh jantan dan betina antara 430-600 mm, dengan berat 6,5 kg, dan panjang ekor 560-720 mm. Presbytis comata hidup berkelompok antara 7-12 ekor. Hanya ada satu jenis suara yang dikeluarkan Presbytis comata (kik..kik..kik..)

KESIMPULAN
            Kami tidak menemukan primata nocturnal pada jalur Cipadaranteun. Kami hanya menemukan 3 jenis primata diurnal pada jalur Cipadaranteun, yaitu: Hylobates moloch (owa Jawa) sebanyak 5 individu, Trachypithecus auratus (Lutung Budeng) sebanyak 5 individu, dan Presbytis comata (Surili) sebanyak 2 individu.

SARAN
Adanya penelitian lebih lanjut agar dapat menyempurnakan penelitian kami.

UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak yang telah membantu dalam pembuatan jurnal ini maupun dalam penelitian ini, teman-teman, dan juga kepada para sumber yang dengan ketulusan hatinya memberikan masukan yang berkaitan dengan Primata guna melancarkan penulisan jurnal ini. 
  
                                       Dapus (dirahasiakan)

Senin, 31 Oktober 2011

Pasca Kuliah Lapangan Ekologi Hewan


Dua minggu yang lalu gu kuliah lapangan Ekologi Hewan ke pulau pramuka. 3 hari di pulau pramuka udah berhasil bikin kulit gu geseng alias hitam dekil *sialan* Tapi balikin putinya hempt susah yoo…
Dateng ke pulau pramuka dengan wajah yg sumringah merekah udah kayak turis, rambut pirang, putih. Eh kembalinya item, dekil, (tetep) pirang, sumpah ampe di bilang anak pesisir pantai. Sontak gu bertanya pada adik tercinta.

gu: “gu item banget yak ?”
Adik: “iya, banget mba”
Si bapak ikutan nimbrung penguatan: “ iya ya de, kakak item banget. Ih, kyk anak ilang”
Gu pasang muka kesel: “ trus balikin biar cepet putih lagi gmn de?”
Sang adik menjawab dgn senangnya: “di body painting ajj mba. Sini gu yang lukisin *mentang-mentang jago lukis* mumpung cet tembok kemarin masih nyisa *plaakkk*

*Gu tanpa berkata langsung berlari di balik awan sambil nangis sesegukan*

Beberapa hari kemudian sang adik bertanya.

adik: “ mba, lu kemanain nih foto-foto n lagu-lagu di hp gu?!” *jeng jeeeng*
Gu: "lah? Mana gu tau, kenaren malem gu liat masih ada”
Adik: "ilang semua mba, bersih bgt.nih cek aj sendiri”
Gu: "apa? Foto-foto gu di pramuka juga ilang dong?!” 

*merenung meratapi nasip. Udah ampe item geseng gini, tapi gak ada dokumentasinya. Siiiaaaallllll*


Cuma ini nih yg nyisa


daniar, firdha, abaii, diar


Diar dan Abaii
abaii dan diar :)



 kalo yang ini gu ambil dari kamera temen-temen gu

di depan home stay
gu yang di paling kiri :)


PBR'09 gak ada matinya
selesai penelitian langsung narsis :)