Sabtu, 30 Maret 2013

Karya Yang Hilang


Mungkin ini pertanda
Mungkin ini suratan
Mungkin ini waktunya
Aku harus melupakannya
Melupakan semua penantian-penantian bodoh ini
Semua karya hilang begitu saja seiring dengan kebodohanku
Semua untaian indah yang mengalun dalam kalbu, belum sempat terlontar, belum sempat terngiang
Semuanya hilang, tak berbekas jejaknya
Sulit untuk memulainya kembali
Karena untuk memulainya aku harus mengulang kembali semua rasa-rasa itu
Dan aku tak sanggup
Inikah tandanya,
Inikah suratan,
Inikah waktunya,
Bahwa aku harus benar-benar melupakannya
Terimakasih atas semua rasa yang kau beri
Memang semua karya telah hilang, tapi rasa ini tetap bersemayam
Ntah akan jadi seperti apa aku nanti
Sanggup atau tidak, aku tak tahu
Tetapi harus tetap kujalani

For My Students


Awal aku melihat kalian bagaikan ku bertemu pit-pit hitam kecil yang mungkin akan menghalangi langkahku .
Tapi aku yakin, aku dapat melawan dan menaklukan kalian.
Awalnya aku pikir ini mudah nyatanya tidak.
Aku melupakan satu hal, bahwa kalian tetaplah remaja yang ada kalanya masih ingin main-main, yang menganggap bahwa masa ini adalah masa yang paling indah yang tak boleh dilewatkan sedikitpun.
Dan akupun setuju dengan hal itu, bahkan aku amat menyesal telah kehilangan masa-masa itu.
Aku iri pada kalian.
Mungkin bagi kalian aku hanyalah guru biasa yang tak punya sesuatu yang bisa kalian kenang apalagi kalian banggakan.
Satu pintaku, anggaplah aku sebagai angin, yang mungkin tak pernah kalian lihat tapi dapat kalian rasakan.
Aku tak keberatan jika kalian tidak mengingatku, tapi rasakanlah ilmu yang pernah aku sampaikan.
Suatu saat nanti aku pasti akan memiliki banyak murid seperti kalian.
Dan mereka pasti akan jauh lebih berbeda. Mungkin akan jauh lebih nakal, lebih baik, lebih pintar, ataupun malah lebih bodoh.
Satu hal yang perlu kalian tau, kalian adalah murid pertamaku yang sampai kapanpun tak akan ada yang dapat menggantikan posisi kalian dihatiku, dipikiranku, dan di memoriku.

Suara Hati Sang Penanti

Entah sejak kapan rasa ini tumbuh dan berkembang di dalam jiwaku.
Entah sejak kapan sang mentari bersinar menerangiku dalam kegelapan.
Aku tau rasa ini hanya miliku sendiri.
Tak pernah sedikitpun kau menolehku.
Tapi entah kenapa aku tak berani menghempaskan rasa itu, mentari itu begitu indah.
Aku takut, sungguh takut dan tak kuasa.
Lalu sampai kapan diriku akan seperti ini ?
Entah sampai kapan akupun tak tau.
Ingin sekali aku buang layaknya sampah.
Tapi sekali lagi aku takut, sungguh takut dan tak kuasa.
Biarlah rasa ini bersemayam didalam jiwaku.
Biarkanlah waktu yang akan menjawabnya.